
Demonstrasi di DPRD Kalsel Berjalan Kondusif, Dosen ULM: Ini Berkat Peran Tokoh dan Aparat yang Menyejukkan
STORYBANUA.COM, BANJARMASIN – Aksi unjuk rasa di halaman DPRD Kalimantan Selatan (Kalsel) di Jalan Lambung Mangkurat, Banjarmasin, berjalan tertib dan damai. Kondisi yang kondusif ini mencolok jika dibandingkan dengan kericuhan yang terjadi di sejumlah daerah lain dalam gelombang demonstrasi nasional yang sama.
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Taufik Arbain, menilai kondisi damai ini tidak lepas dari cara masyarakat Kalsel yang khas dalam menyikapi berbagai isu panas. Meski isu yang diusung sama sensitifnya, seperti penolakan kenaikan pajak, tingginya angka pengangguran, dan tuntutan perbaikan honor pegawai honorer, warga Kalsel dinilainya mampu menjaga situasi agar tetap terkendali.
“Ini karena ada narasi empati dari berbagai pihak yang menyejukkan, bukan malah menyulut emosi,” ujar Taufik Arbain, Selasa (3/9).
Arbain menjelaskan, peran tokoh agama atau tuan guru sangat signifikan dalam meredam potensi gesekan. Papadah atau seruan “Manjaga Banua” yang banyak beredar di media sosial disebutnya sebagai benteng moral yang efektif untuk mendinginkan suasana. Selain itu, kesiapan aparat keamanan yang tidak hanya bertindak represif tetapi juga menggandeng tokoh masyarakat, serta komitmen pimpinan daerah dan DPRD Kalsel untuk menerima aspirasi dengan baik, menjadi faktor penentu terciptanya kedamaian.
Aksi yang digelar mahasiswa dan pemuda itu menyampaikan sejumlah tuntutan, antara lain reformasi DPR termasuk efisiensi gaji dan tunjangan anggotanya, reformasi Polri serta pengusutan tuntas tewasnya driver ojol Affan Kurniawan oleh mobil Brimob Polda Metro Jaya, dan penolakan penetapan Taman Nasional Meratus.
Menanggapi tuntutan tersebut, Ketua DPRD Kalsel Supian HK secara langsung menemui massa dan berjanji akan menyampaikan aspirasi mereka ke DPR RI. Khusus mengenai isu Meratus, Supian bahkan menyatakan kesiapannya untuk mundur dari dewan jika pegunungan khas Kalsel tersebut sampai ditambang.
“Kami akan sampaikan semua aspirasi dan keluhan adik-adik mahasiswa ke pimpinan DPR RI,” ujarnya.
Komitmen dewan tidak hanya berhenti pada janji. Pada hari yang sama, Selasa, Supian HK menghadiri Focus Group Discussion (FGD) di Auditorium Polda Kalsel, Banjarbaru. Forum yang melibatkan kepolisian, pemerintah daerah, akademisi, tokoh masyarakat, dan organisasi lingkungan itu membahas pencegahan praktik destructive fishing yang merusak ekosistem laut dan mengancam kehidupan nelayan. Sementara itu, anggota dewan lainnya dijadwalkan menggelar Sosialisasi Propemperda di kabupaten/kota hingga Kamis (4/9).
Meski aksi berjalan damai, para pengunjuk rasa tetap kritis. Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Adi Jayadi menyatakan pihaknya akan memantau langkah konkret dewan.
“Kami sepakat ketika dalam empat hari ke depan tidak ada tindak lanjut atau tidak ada konfirmasi mengenai hasil unjuk rasa ini, maka kami akan kembali turun ke jalan pada Kamis (4/9),” tegas Adi.
Gelombang unjuk rasa memang merebak di berbagai daerah di Indonesia. Namun, berkat kombinasi dari peran tokoh yang menyejukkan, pendekatan aparat yang humanis, dan respons positif dari pemangku kebijakan, aksi di Bumi Lambung Mangkurat berhasil menjadi contoh unjuk rasa yang aspiratif tanpa kekerasan.