
Muda Berkarya, HSU Bangkit”: Semangat Baru Para Pelestari Budaya di Bumi Amuntai
STORYBANUA.COM, AMUNTAI – Di bawah langit senja yang mulai menampakkan bintang-bintang pertama, gemericik air dari Sungai Barito seolah menjadi intro alamiah sebelum alunan musik panting mengalun merdu. Lapangan Pahlawan Amuntai, Jumat (3/10/2025) petang, bukan sekadar tempat berkumpul, melainkan ruang akbar dimana jiwa muda dan warisan leluhur berpadu dalam harmoni.
“Ini lebih dari sekadar pagelaran,” ujar Syaifullah, Kepala Disporapar HSU, matanya berbinar menyaksikan puluhan anak muda bersiap tampil. “Ini adalah ruang napas bagi generasi penerus untuk mencintai akar budayanya sendiri.”
Dari Tari Tradisional hingga UMKM Kreatif
Di panggung utama, sekelompok penari muda dengan gemulai mempersembahkan Tari Baksa Kambang, sementara di sisi lain panggung, alunan musik panting berpadu dengan lantunan syair yang sarat makna. Setiap gerakan dan nada seolah bercerita tentang kekayaan budaya yang telah turun-temurun diwariskan.
Tak jauh dari panggung, puluhan stan UMKM berdiri gagah. Di salah satu stan, Sarah (23) dengan penuh semangat memamerkan kerajinan tangan khas HSU. “Ini pertama kalinya saya bisa menunjukkan karya langsung di event sebesar ini,” ujarnya sambil menata produknya yang dibuat dari anyaman purun, tanaman lokal khas rawa.
Semangat Sumpah Pemuda dalam Balutan Modern
Khairussalim, Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, dalam sambutannya menyentuh relung hati para hadirin. “92 tahun lalu, pemuda dari berbagai penjuru Nusantara bersumpah untuk bertanah air, berbangsa, dan berbahasa satu. Hari ini, kita menyaksikan semangat yang sama di tanah Amuntai.”
Acara yang sengaja digelar bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda ini juga menjadi momen spesial dengan diluncurkannya Calendar of Event Kepariwisataan HSU 2025. “Ini bukan sekadar kalender, tapi peta jalan untuk menjadikan HSU sebagai destinasi yang hidup dan bernyawa,” tambah Khairussalim.
Generasi Muda Menjadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri
Yang paling menyentuh adalah antusiasme para peserta muda. Di balik panggung, Reza (19), pemain panting dari sanggar lokal, dengan hati-hati memetik senar instrument tradisionalnya. “Banyak teman sebaya yang lebih kenal guitar listrik daripada panting. Melalui event seperti ini, kami ingin menunjukkan bahwa tradisi itu keren,” katanya penuh keyakinan.
Sementara itu, di area food court, aroma khas makanan tradisional membaur dengan semangat wirausaha muda. “Kami tidak ingin kalah dengan franchise modern,” ujar Dina (21) yang menjual amparan tatak, kue tradisional khas Banjar.
Membangun Jembatan Antar Generasi
Kehadiran para sesepuh dan budayawan di antara riuhnya anak muda menciptakan pemandangan yang mengharukan. Seorang nenek dengan sabar membimbing cucunya dalam memainkan alat musik tradisional, sementara di sudut lain, seorang kakek dengan bangga bercerita tentang filosofi di balik motif kain sasirangan.
“Inilah yang kami harapkan,” ujar Syaifullah. “Bukan sekadar event satu malam, tapi kelahiran kembali kecintaan pada budaya yang akan terus hidup dalam denyut nadi generasi muda HSU.”
Saat malam semakin larut dan bintang-bintang semakin terang, semangat “Muda Berkarya, HSU Bangkit” terus bergema. Bukan hanya sebagai slogan, melainkan sebagai nyanyian kebangkitan yang akan terus dikumandangkan dari jantung Kalimantan Selatan.